BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemajuan berpikir
dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah mendorong terjadinya
globalisasi. Situasi globalisasi membuat kehidupan semakin kompetitif dan
membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang
lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk
terus berfikir, meningkatkan kemampuan dan tingkat kehidupan yang lebih baik,
sedangkan dampak negatif dari globalisasi itu sendiri diantaranya: keresahan
hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya konflik,
adanya kecendrungan pelanggaran disiplin, adanya ambisi kelompok yang dapat
menimbulkan konflik dan pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang
bersifat sementara, seperti penggunakan obat-obat terlarang. Untuk menangkal
dan mengatasi masalah itu perlu disiapkan insan dan sumber daya manusia yang
harmonis lahir bathin, sehat jasmani dan rohani, bermoral, menguasai ilmu
pengetahuan dan tekhnologi secara profesional, serta dinamis dan kreatif.
Administrasi
merupakan kedudukan sentral dalam pembinaan dan pengembangan sama sekelompok
manusia. Kegiatan usaha yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Administrasi sebagai ilmu yang membahas tentang usaha – usaha manusia dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja di dalam suatu kelompok. Sedangkan
lembaga pendidikan formal adalah merupakan salah satu bentuk pengelompokan
manusia, karena itu pendidikan tidak dapat terlepas dari kegiatan administrasi.
Administrasi
pendidikan yang merupakan usaha dalam mencapai dari tujuan, tidak terlepas dari
bimbingan. Artinya administrasi pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya hal
– hal yang dijadikan satu acuan atau ukuran. Bimbingan disini artinya, dalam
administrasi diperlukan adanya satu cara atau pedoman dalam menjalankan
administrasi itu sendiri. Artinya administrasi juga memerlukan adanya bimbingan
konseling. Maka dari itu disini pemakalah mencoba menjelaskan atau menguraikan
masalah ini dengan mengambil judul “ Administrasi Bimbingan Konseling ”.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas pemakalah mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan administrasi, bimbingan dan konseling?
2. Apa fungsi, tujuan dan prinsip bimbingan dan konseling?
3. Bagaimana proses bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan?
4. Bagaimana perananan kepala sekolah, guru dan wali kelas dalam
bimbingan dan konseling di sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Administrasi, Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Administrasi
Pengertian administrasi menurut
etimologi. Berasal dari kata latin ad + ministrate yang berarti melayani atau
membantu, dan memenuhi. Dari kata itu terbentuk kata benda administration dan
kata sifat administrativus yang kemudian masuk kedalam bahasa inggris
administration. Perkataan itu lalu diterjemahkakn kedalam bahsa Indonesia yaitu
administrasi. Sedangkan administrasi dalam arti sempit diambil dari bahasa
Belanda dministratie yang berarti setiap penyusunan keterangan – keterangan
secara sistematis dan pencatatannya secara tertulis dengan maksud untuk
memperoleh suatu ikhtisar mengenai keterangan – keterangan itu dalam
keseluruhannya dan dalam hubungannya antara satu sama lain. Sedangkan dalam
arti luas administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua orang
atu lebih yang didasarkan asas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya[1].
2. Pengertian Bimbingan
Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang yang ahli, namun
tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian dari bimbingan. Pengertian
tetang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad
ke-20, yang diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908. Sejak itu muncul
rumusan tetang bimbingan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan,
sebagai suatu pekerjaan yang khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya.
Pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli memberikan pengertian yang
saling melengkapi satu sama lain.“Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan
kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu
jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya” (Frank Parson,1951).Frank
Parson merumuskan pengertian bimbingan dalam beberapa aspek yakni bimbingan
diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan mencapai kemajuan
dalam jabatan. Pengertian ini masih sangat spesifik yang berorientasi karir[2].
Bimbingan dalam
islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,sehingga dapat mencapai kebahagian
hidup di dunia dan akhirat[3].
3. Pengertian Konseling
Konseling adalah
upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara
konselor dan konseling agar konseling mampu memahami diri dan lingkungannya,
mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang
diyakininya sehingga konseling merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Konseling menurut
Prayitno dan Erman Amti (2004; 105) adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang
bermuara dengan teratasinya masalah yang dihadapi klien[4].
B. Landasan,
Fungsi, tujuan, dan prinsip Binbingan dan konseling
1. Landasan BK
Landasan dalam
bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama
dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Secara teoritik,
berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek
pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu
landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan
ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan
dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut[5]:
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis
merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi
konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih
bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
b. Landasan Psikologis
Landasan
psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor
tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk
kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu
dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan
dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
a.
Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan
seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh
kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa
lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil
belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu
dan sejenisnya.
b.
Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang
membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu
yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek
psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat,
kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya
bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan
mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada.
c.
Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan
berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga
akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan
kognitif/kecerdasan, moral dan sosial.
d.
Belajar
Belajar
merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar
untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan
mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu.
e.
Kepribadian
Menurut pendapat Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner
Lindzey, 2005) bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah
penyesuaian diri. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian
diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral
maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri,
ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
c. Landasan Sosial-Budaya
Landasan
sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada
konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya
merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup.
d. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan
dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar
keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan
berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur
tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan
penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
2. Fungsi BK
- Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah :Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
- Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.
- Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.
- Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
- Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
- Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli.
- Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
- Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
- Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
- Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.
3. Tujuan BK
a.
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu
konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek
pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.Tujuan bimbingan dan konseling
yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:
- Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
- Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
- Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
b.
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik
(belajar) adalah;
·
Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan
memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang
dialaminya.
·
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti
kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap
semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
·
Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
·
Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan
mempersiapkan diri menghadapi ujian.
·
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir
adalah :
·
Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang
terkait dengan pekerjaan.
·
Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang
menunjang kematangan kompetensi karir.
·
Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja
dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi
dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
4. Prinsip BK
Terdapat beberapa
prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan
bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang
kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan,
baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu
adalah:
1. Bimbingan
dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa
bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak
bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak,
remaja, maupun dewasa.
2. Bimbingan
dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda
satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut.
3. Bimbingan
menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki
persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu
cara yang menekan aspirasi.
4. Bimbingan
dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau
tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala
Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja
sebagai teamwork.
5. Pengambilan
Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan
diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan
dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian
pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di
lingkungan keluarga, perusahaan/industry.
C. Bagaimana
proses bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan.
Proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Sebagai sebuah layanan professional.
Layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun
harus dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum
terdiri dari enam tahapan sebagai, yaitu: (A) Identifikasi kasus; (B)
Identifikasi masalah; (C) Diagnosis; (D) Prognosis; (E) Treatment; (F) Evaluasi
dan Tindak Lanjut[6].
1. Identifikasi
kasus
Identifikasi kasus
merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga memerlukan
layanan bimbingan dan konseling lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan
masyarakat pada umumnya konseling. Robinson (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta
didik yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni :
1. Call them
approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta didik secara
bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan peserta didik yang
benar-benar membutuhkan layanan konseling.
2. Maintain
good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga
tidak terjadi jurang pemisah antara guru pembimbing dengan peserta didik. Hal
ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada
hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra
kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
3. Developing a
desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran
peserta didik akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan
dengan peserta didik yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti
tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis
bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
4. Melakukan
analisis terhadap hasil belajar peserta didik, dengan cara ini bisa diketahui
tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi peserta didik.
5. Melakukan
analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan peserta didik yang diduga
mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
2. Identifikasi Masalah
Langkah ini
merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang
dihadapi peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan
peserta didik dapat berkenaan dengan aspek : (1) substansial – material; (2)
struktural – fungsional; (3) behavioral; dan atau (4) personality.
3. Diagnosis
Diagnosis
merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang
melatarbelakangi timbulnya masalah peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar
Mengajar faktor-faktor penyebab kegagalan belajar peserta didik, bisa dilihat
dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya.
4. Prognosis
Langkah ini
dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami peserta didik masih
mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal
ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil
langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya
terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak
yang terkait dengan masalah yang dihadapi siswa untuk diminta bekerja sama guna
membantu menangani kasus - kasus yang dihadapi.
5. Treatment
5. Treatment
Langkah ini
merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau penyembuhan atas masalah yang
dihadapi klien, berdasarkan pada keputusan yang diambil dalam langkah
prognosis. Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan
dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan
kemampuan guru pembimbing atau konselor, maka pemberian bantuan bimbingan dapat
dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri (intervensi langsung),
melalui berbagai pendekatan layanan yang tersedia, baik yang bersifat direktif,
non direktif maupun eklektik yang mengkombinasikan kedua pendekatan tersebut.
6. Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang
ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya tetap dilakukan
untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah
diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik.Berkenaan
dengan evaluasi bimbingan dan konseling, Depdiknas (2003) telah memberikan
kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yaitu:
1.
Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh peserta didik berkaitan dengan
masalah yang dibahas;
2. Perasaan
positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan,
dan
3. Rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik sesudah pelaksanaan layanan
dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
D. Peranan Kepala Sekolah, Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan
dan Konseling
Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain Guru Pembimbing atau Konselor sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan Bimbingan dan konseling di sekolah, juga perlu melibatkan kepala sekolah, guru mata pelajaran dan wali kelas[7].
Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain Guru Pembimbing atau Konselor sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan Bimbingan dan konseling di sekolah, juga perlu melibatkan kepala sekolah, guru mata pelajaran dan wali kelas[7].
1. Peran Kepala Sekolah
Secara garis
besarnya, Prayitno (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab kepala
sekolah dalam bimbingan dan konseling, sebagai berikut :
- Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.
- Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.
- Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.
- Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
- Memfasilitasi guru pembimbing/konselor untuk dapat mengembangkan kemampuan profesionalnya, melalui berbagai kegiatan pengembangan profesi.
- Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
2. Peran Guru Mata Pelajaran
Di sekolah, tugas
dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa.
Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat
diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan
Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat
bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas
dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling
adalah :
- Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
- Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
- Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor
- Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
- Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
- Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
- Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
- Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
3. Peran Wali Kelas
Sebagai pengelola
kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas berperan:
- Membantu guru pembimbing/konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya;
- Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya;
- Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling;
- Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus; dan
- Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor.
BAB III
PENUTUP
1.
Simpulan
Dari uraian di atas penulis mengambil simpulan sebagai berikut:
a. Administrasi
adalah penyusunan keterangan – keterangan secara sistematis dan pencatatannya
secara tertulis dengan maksud untuk memperoleh suatu ikhtisar mngenai
ketrangan; Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari
seorang yang ahli, namun tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian dari
bimbingan; Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi
yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami
diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan
berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efktif
perilakunya.
b. Landasan
dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana
utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu
pengetahuan (ilmiah) dan teknologi; Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah
:Fungsi Pemahaman, Fungsi Preventif, Fungsi Pengembangan, Fungsi Penyembuhan,
Fungsi Penyaluran, Fungsi Adaptasi, Fungsi Penyesuaian, Fungsi Perbaikan,
Fungsi Fasilitasi, Fungsi Pemeliharaan, Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli, aspek akademik (belajar) dan
karir; Prinsip Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli,
sebagai proses individuasi, menekankan hal yang positif, Usaha Bersama, Hal
yang Esensial, Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan.
c. Proses
Bimbingan dan Konseling di Sekolah; Sebagai sebuah layanan profesional, layanan
bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun harus
dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri
dari enam tahapan sebagai, yaitu: (A) Identifikasi kasus; (B) Identifikasi
masalah; (C) Diagnosis; (D) Prognosis; (E) Treatment; (F) Evaluasi dan Tindak
Lanjut.
Daftar
Pustaka
Salahudin Anas. Bimbingan dan Konseling. CV PUSTAKA SETIA . Jl BKR (Lingkar Selatan)
No.162-164 Bandung
Aunur Rahim Faqih. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam
[1] Badrudin. Administrasi
pendidikan. CV. Insan Mandiri Jl. Cimuncang No. 14 Cibeunying Kidul Bandung
[2] Salahudin Anas. Bimbingan
dan Konseling. CV PUSTAKA SETIA . Jl
BKR (Lingkar Selatan) No.162-164 Bandung
[4] Salahudin
Anas. Bimbingan dan Konseling. CV
PUSTAKA SETIA . Jl BKR (Lingkar Selatan) No.162-164 Bandung
Best Casino site – Lucky Club Live
BalasHapusLucky Club offers you the opportunity to play slots and table games for fun. luckyclub.live Enjoy our exciting slots games at the best casino site. Free Spins – 1 No Deposit.