Judul Buku :pola pembelajaran di pesantren
Nama Penulis :Drs.
Maksum, MA
Tahun Terbit :2003
Tebal Buku :134
Halaman
Di terbitkan :
oleh jendral kelembagaan Agama Islam
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Sejarah kemunculan pesantren
Pesantern
merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran islam di mana di dalamnya terjadi
interaksi antara kyai atau usdaz sebagai guru dan para santri sebagai murid
dengan mengambil tempat di masjid atau di halaman-halaman asrama(pondok untuk
mengaji dan membahas buku-buku teks ke agamaan karya ulama masa lalu.
Jauh sebelum masa kemerdekaan: pesantren telah menjadi sistem
pendidikan nusantara, hampir di seluruh pelosok nusantara, khususnya di
pusat-pusat kerajaan isalam telah terdapat lembaga pendidikan yang kurang lebih serupa walaupun
menggunakan nama yang berbeda-beda seperti meunasah di Aceh, Surau
di Minangkabau dan pedsantren di jawa. Namun demikian, secara historis awal
kemunculan dan asal usul semua itu masih kabur.
Banyak penulis
sejarah pesantren berpendapat bahwa institusi ini merupakan hasil adopsi dari
model perguruan yang di selenggarakan orang-orang hindu dan Budha Sebagaimana
di ketahui. Sewaktu islam dating dan berkembang di pulau jawa telah dan lembaga
perguruan hindu dan budha yang menggunakan sistem biara dan asrama sebagai
tempat para pendeta dan bhiksu melakukan kegiatan pembelajaran kepada para
pengikutnya. Bentuk pembelajaran seperti ini kemudian menjadi contoh sebagai
pembelajaran para wali dalam melakukan kegiatan penyiaran dan pengajaran islam.
Kepada masyarakat luas, dengan mengambil bentuk system biara dan asrama dengan
mengubah isinya dengan pengajaran agama islam yang kemudian di kenal sebagai
pondok pesantern. Sejalan dengan ini pesantern lahir semenjak masa awal
kedatangan islam di jawa, masa Wali Songo. Di duga kuat bahwa pesantren pertama
kali didirikan di desa Gapura Gresik Jawa Timur dan di hubungkan dengan usaha
Maulana Malik Ibrahim ( Sunan Ampel)
Istilah
pesantern itu sendiri seperti halnya
mengaji bukanlah berasal dari istilah bahasa Arab, melainkan Dari India.
Demikian juga istilah pondok langgar, surau di Minaangkabau dan Rangkang
di Aceh.pada awalnya jamaah hanya terdiri dari beberapa orang saja. Selesai
shalat berjamaah sang kyai biasanya memberikan ceramah pengajian sederhan.
Isinya pengajian biasanya berkisar pada rukun iman, rukun islam serta akhlaq
lebih banyak menyangkut kehidupan sehari-hari berkat caranya yang menarik dan
ke ikhlasannya yang tinggi serta prilakunya yang shaleh, lama kelamaan
jamaahnya bertaambah banyak.
Dalam sejarah perkembangannya, fungsi
pondok pesantren adalah mencetak ulam dan ahli agama, hingga dewasa ini fungsi
poko itu tetap terpelihara dan di pertahankan. Namun seiring dengan
perkembangan zaman, seiring dengan kegiatan dan pengajaran agam beberapa
pesantren telah melakukan pembaharuan dengan mengembangkan komponen-komponen
pendidikan lainnya. Seperti di tambahkannya system sekolah. Adanya pendidikan
kesenian, pendidikan bahasa asing ( Arab dan Inggris), pendidikan jasmani serta
pendidikan keterampilan.
BAB II
METODE DAN PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
1.
Metode Pembelajaran
Secara atimologis metode berasal
dari kata”met”dan”hodes” yang berarti melalui. Sedangkan secara istilah metode
adalah jalan atau cara yang harus di tempuh untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan pembelajaran berarti kegiatan belajar mengajar yang interaktif yang
terjadi antara santri sebagai peserta didik(muta’alim) dan kyai atau ustadz di
pesantren sebagai pendidik(mua’lim) yang diatur berdasar kurikulum yang telah
di susun dalam rangka mencapai tujuan. Jadi metode pembelajaran adalah
cara-cara yang mesti ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar antara santri dan
kyai untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Metode pembelajaran di pesantren ada
yang besifat trdisional, yaitu metode pembelajaran yang di selenggarakan
menurut kebiasaan-kebiasaan yang telah lama di pergunakan pada institusi
pesantren atau merupakan metode pembelajaran asli(original) pesantren.
Metode pembelajaran yang bersifat
baru( modrn,tajdid) merupakan metode
pembelajaran hasil pembaharuan kalangan pesantren dengan mengintrodusir
metode-metode yang berkembang di masyarakat modern.
A.Metode Sorogan
1.
Pengertian
Metode sorogan merupakan kaegiatan
pembelajaran bagi para santri yang menitik beratkan pada pengembangan kemampuan
perseorangan(individu), di bawah bimbingan ustadz atau kyai.
2.
Teknik Pembelajaran
Pengajian dengan sistem sorogan ini biasanya diselenggarakan
pada ruang tertentu di mana di situ tersedia tempat duduk seorang kyai atau
ustadz, kemudian di depannya terdapat bangku pendek unik meletakan kitab bagi
santri yang menghadap.
Pelaksanaannya dapat di gambarkan sebagai berikut:
1.
Santri berkumpul ditempat pengajian sesuai dengan waktu yang
ditentukan dengan masing-masing membawa kitab yang hendak di aji.
2.
Seorang santri yang mendapatkan giliran menghadap langsung secara
tatap muka kepada gurunya.ia membuka bgian yang akan di aji dan meletakannya di
atas meja yang telah tersedia di depan kyai atau ustadz,
3.
Kyai atau ustadz membacakan teks dalam kitab itu, baik sambil
melihat maupun secara hafalan dan kemudian memberikan artinya dengan
menggunakan bahasa melayu atau bahasa daerahnya.
4.
Santri dengan tekun mendengarkan apa yang dibacakan kyai atau
ustadz dan mencocokannya dengan kitab yang dibawanya.
5.
Santri kemudian menirukan kembali apa yang di bacakan kyai atau
ustadz secara sama.
6.
Kyai atau ustadz mendengarkan dengan tekun pula apa yang di baca
sntrinya sambil melakukan koreksi-koreksi seperlunya.
Meteode pembelajaran ini termasuk
metode pembelajaran yang sangat bermakna, karena santri akan merasakan hubungan
yang khusus ketika berlangsung kegiatan pembacaan kitab oleh dirinya di hadapan
kyai atau ustadznya.
1.
Tahap Persiapan
Ada beberapa hal yang di persiapkan
sebelumnya oleh kyai/ustadz maupun oleh santri, yaiti:
a)
Penyusunan kurikulum yang berisi jenis materi(tafsir,fiqh, dan
sebagainya). Pada setiap tingkatan dengan berbagai macam nama-nama kitab yang
menjadi bacaan/peganhannya.
b)
Santri dengan bimbingan ustadz yang akan di pelajarinya.
c)
Pendataan nama-nama santri yang berada dibawah bimbingan seorang
ustadz. Hal ini dilakukan untuk mendata tingkat aktivitas dan perkembangan
kemampuan santri untuk waktu berikutnya,
d)
Santri menyiapkan kitab yang akan dipelajarinya beserta alat alat
tulis yang meliputi pena/pulpen serta buku tulis yang berfungsi untuk mencatat
hal-hal penting.
2.
Tahapan Pelaksanaaan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a)
Menciptakan situasi dan kondisi yang komunikatif antara santri dan
guru dalam kegiatan pembelajaran.
b)
Dalam membaca dan menerjemahkan teks Arab gundul seorang ustadz
menyampaikannya secara perlahan dan menggunakan bahasa yang mudah untuk
difahami oleh santrinya.
c)
Setelah membacakan dan menerjemahkan satu alinea atau satu topic
tertentu sesuai keinginan dan pertimbangan ustadz,santri disuruh membaca dan
menerjemahkan teks yang telah di baca tadi dengan pembetulan apabila ada kekeliruan
dalam pembacaan dan penerjemahannya.
d)
Setelah membaca dan menerjemahkan dengan benar, seorang ustadz
biasanya menanyakan atau meminta kepada santri tadi untuk menjelaskan maksud
dari yang telah dibaca tadi, ini dilakukan untuk melatih daya tangkap(pemahaman)
santri terhadap teks.
e)
Setelah santri menjelaskan, ustadz mengulas apa yang telah
dijelaskan oleh santri tadi serta menambahkan atau membetulkan apabila
penyampain santri ada hal-hal yang kurang atau keliru
Metode
sorogan dipergunakan untuk pembelajaran kepada santri khusus yang memiliki
kemampuan untuk dididik menjadi ustadz,kegiatannya dailakukan melalui:
a)
Santri diminta untuk membaca teks kitab yang dipilihnya dengan
mengurangi penggunaan harakat/syakal.
b)
Kepada para santri diminta juga untuk tidak member catatan pada
teks kitab yang dibacanya dengan simbol-simbol(tanda-tanda) seperti
utawi,iki,iku, dan lain-lain.
c)
Kepada santri diminta untuk menjelaskan isi teks dengan menggunakan
bahasa Arab yang benar.
3.
Evaluasi
Evaluasi adalah cara penilaian yang
dilakukan oleh seorang ustadz untuk mengetahui kemampuan santri dalam asfek
pengetahuan(kognisi) aspek sikap(afeksi) dan asfek keterampilan (skill)
terhadap materi pembelajaran yang telah diberikannya.
Untuk mengevaluasi kemampuan para
santri dalam pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan biasanya dilakukan
kegiatan sebagai berikut:
a)
Santri disuruh membaca dan menerjemahkan teks yang telah
disampaikan oleh ustadz pada pertemuan yang lalu. Jika seorang santri berhasil
membaca dan menerjemahlan dengan baik, maka pelajaran yang baru dapat
diberikan. Akan tetapi jika sebaliknya maka santri tadi diharuskan untuk
mempelajari kembali (mengulang).
b)
Jika materi pembelajaran yang di pelajari dalam tatap muka yang
telah dianggap telah dikuasai dengan baik oleh santri tersebut kegiatan
pembelajaran dapat dimulai dengan materi baru tanpa terlebih dahulu meminta
santri untuk membaca dan menerjemahkan teks yang dipelajari dalam pertemuan
yang lalu.
c)
Penilaian dapat juga dilakukan pada saat seorang santri disuruh
untuk membaca dan menterjemahkan teks Arab gundul setelah dibacakan dan
diterjemahkan oleh ustadz.
Hal-hal yang biasanya di perhatiakan dalam menilai tingkat kemampuan para santri
dengan menggunakan metode sorogan adalah :
a)
Pembacaaan yang dilakukan oleh seorang santri apakah suadah benar
dalam arti sesuai dengan aturan dab tata bahasa Arab baik pada tingkatan
kata(sharaf) maupun pada tingkatan kedudukan suatu kata struktur kalimat(nahwu)
atau masih belum sesuai.
b)
Santri mampu menunjukan kedudukan suatu kata dengan menggunakan
ucapan simbolilk tertentu melalui pola terjemahan kata demi kata disertai
pelapalan symbol atau tanda oleh santri.
c)
Pemahaman terhadap teks yang telah dibaca dalam bentuk uraian
penjelasan atau kandungan teks setelah seorang santri menyeselaikan pembacaan
sekian kalimat atau sekian paragraph.
A.
Metode Bandongan
1.
Pengertian
Metode bandongan disebut juga dengan
metode wetonan. Pada metode ini berbeda dengan metode sorogan. Metode ini
dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok peserta didik, atau
santri, untuk mendengarkan dan menyimak apa yang dibacanya dari sebuah kitab.
2.
Teknik Pembelajaran
Sebelum dilakukan pembelajaran
dengan menggunakan metode bandongan, seorang kyai atau ustadz biasanya
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a)
Jumlah jama’ah pengajian adalah para santri yang telah menguasai
dengan baik pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan. Oleh karena itu,
metode bandongan biasanya diselenggarakan untuk para santri yang bukan lagi
pemula, melainkan untuk para santri tingkat lanjutan dan tinggi.
b)
Penentuan jenis dan tingkatan kitab yang dipelajari biasanya
memperhatikan tingkatan kemampuan para santri.
c)
Walaupun yang lebih aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan
metode ini adalah kyai atau ustadz, tetapi para santri dilibatkan keaktifannya
dengan berbagai macam cara, misalnya diadakan Tanya jawab, santri diminta untuk
membaca teks tertentu dan lain sebagainya.
d)
Untuk membantu pemahaman para santri, seorang kyai atau ustadz
terkadang mempergunakan pula alat bantu atau media pengajaran seperti: papan
tulis, over head projector, pengeras suara, peta dan alat peraga lainnya.
3.
Tahap Persiapan
Sebelum dilakukan kegiatan
pembelajaran,biasanya terlebih dahulu seorang kyai atau ustadz mempersiapkan
apa-apa yang di perlukan sesuai dengan pemilihan metode pembelajaran, yaitu:
a)
Memiliki gambaran mengenai tingkat kemampuan para santri guna
menyesuaikan dengan bahasa dan penjelasan yang akan disampaikan.
b)
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dari pemilihan kitab tersebut
dan tujuan pada setiap kali pertemuan.
c)
Menetapkan waktu yang diperlukan untuk pembacaan dan penjelasan,
waktu yang diperlukan untuk member kesempatan kepada para santri untuk
bertanya, dan waktu yang diperlukan untuk evaluasi pada setiap kali pertemuan.
d)
Mempersiapkan alat atau alat peraga yang diperlukan pada pertemuan
tersebut.
e)
Mempersiapkan catatan catatan khusus tentang batas-batas materi
yang akan disajikannya dan tentang
penilaian kepada para santri.
f)
Mempersiapkan bahan yang
dapat digunakan untuk perluasan pembahasan atau penambahan wawsan.
g)
Melakukan persiapan fisik yang memadai.
4.
Tahap Pelaksanaan
Untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode bandongan biasanya dilakukan
langkah-langkah:
a)
Seorang kyai menciptakan komunikasi yang baik dengan para santri
b)
Memperhatikan situasi dan
kondisi serta sikap para santri
c)
Seorang kyai atau ustadz dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
membaca teks arab gundul disertai dengan terjemahannya
d)
Pada pembelajaran tingkat tinggi, seorang kyai atau ustadz terkadang
tidak langsung membaca dan menerjemahkan, ia terkadang menunjuk secara
bergiliran.
3.
Evaluasi
Untuk mengevaluasi kegiatan
pembelajaran diatas, seorang kyai/ustadz biasa melakukannya melalui dua macam
tes, pertama, pada setiap tatap muka atau pada tatap muka tertentu. Kedua,
pada saat telah dikhatamkannya pengkajian terhadap suatu kitab tertentu.
C. Metode
Musyawarah / Bahtsul Masa’il
1.
Pengertian
Metode musyawarah atau dalam
pengertian lain bahtsul masa’il merupakan metode pembelajaran yang lebih
mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah
tertentu dengan membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh seorang kyai atau ustadz, atau
mungkin juga santri senior, untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang
telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, para santri dengan bebas
mengajukan pertanyaan-pertanyaan maupun pendapatnya.
Teknik pembelajaran
Untuk melakukan pembelajaran dengan
menggunakan metode musyawarah kyai/ustadz biasanya mempertimbangkan
ketentuan-ketentuan berikut :
a)
Peserta musyawarah adalah para santri yang berbeda pada tingkat
menengah atau tinggi
b)
Peserta musyawarah tidak memiliki perbedaan kemampuan yang
mencolok. Ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengurangi kegagalan musyawarah.
c)
Topic atau persoalan (materi) yang dimusyawarahkah biasanya
terlebih dahulu oleh kyai atau ustadz pada pertemuan sebelumnya.
d)
Pada beberapa pesantren yang memiliki santri tingkat tinggi,
musyawarah dapat dilakukan secara terjadwal sebagai latihan untuk para santri.
1.
Tahap persiapan
Langkah persiapan terpenting pada
metode ini adalah terlebih dahulu memberikan topik-topik materi yang akan
dimusyawarakan. Pilihan topik itu sendiri amat menentukan. Topik yang menarik
umumnya mendapatkan respon yang baik dan memberikan dorongan kuat kepada santri
untuk belajar. Penentuan topik secara lebih awal ini dimaksudkan agar para
peserta dapat mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebalum pelaksanaan
2.
Tahap Pelaksanaan
Sebagai permulaan, seorang kyai atau
ustadz atau salah seorang santri senior menjelaskan secara singkat permasalahan
yang akan dibahas. Pada pesantren yang memiliki mahad aly (tahasus
tingkat tinggi) penyaji adalah para santri yang telah disusun secara terjadwal
dengan topic tertentu untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran atau
persoalan-persoalannya. Para santri yang lain berfungsi sebagai penanggap yang
berkesempatan untuk menanggapi apa yang disajikan oleh penyaji yang telah
mendapatkan tugas.
Dalam kegiatan musyawarah ini,
tanggapan, pertanyaan atau sanggahan dari para santri peserta musyawarah
diarahkan langsung oleh kyai atau ustadz. Tanggapan dan jawaban balik dari
penyaji dilakukan secara bergiliran setelah tanggapan dari peserta. Apabila
terdapat kebuntuan, pimpinan musyawarah biasanya memberikan arahan-arahan atau
pemecahan mengenai persoalan atau permasalahan tersebut.
Ustadz/kyai juga hendaknya
mengarahkan dan membimbing jalannya musyawarah agar tidak kabur atau melenceng
dari tujuan.
2.
Evaluasi
Kegiatan penilaian dilakukan oleh
seorang ustadz/kyai selama kegiatan musyawarah berlangsung. Hal-hal yang
menjadi perhatiannya adalah kwalitas jawaban yang diberikan oleh peserta yang
meliputi : kelogisan jawaban, ketepatan dan kevalidan referensi yang disebutkan
serta bahasa yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami santri lain, serta
kualitas pertanyaan atau sanggahan yang dikemukakan. Hal lain yang dinilai
adalah pemahaman terhadap teks bacaan, juga kebenaran dan ketepatan pesrta
dalam membaca dan menyimpulkan isi teks yang menjadi persoalan atau teks yang
menjadi rujukan.
D. Metode Pengajian Pasaran
1. pengertian
Metode pengajian pesaran adalah
kegiatan belajar para santri melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada
seorang ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan yang terus
menerus (maraton) selama tenggang waktu tertentu. Tetapi umumnya pada bulan
Ramadan selama setengah bulan, duapuluh hari atau terkadang sebulan penuh
tergantung pada besarnya kitab yang diaji. Pada kenyataannya metode ini lebih
mirip dengan metode bandongan. Akan tetapi pada metode ini target utamanya
adalah “selesai”.
Pengajian pasaran ini dahulu banyak
dilakukan di pesantren-pesantren tua di jawa dan dilakukan oleh kyai-kyai
senior di bidangnya. Titik beratnya pada pembacaan bukan pada pemahaman sebagai
mana pada metode bandongan.
2. Teknik pembelajaran
Sebelum memasuki bulan Ramadhan,
beberapa pesantren biasanya mengeluarkan jadwal, jenis kitab dan kyai akan
melakukan balaghpasaran di bulan itu. Informasi
ini dengan mudah beredar di pesantren-pesantren lainnya juga. Kegiatan
pengajian itu sendiri biasanya dilakukan sepanjang hari. Waktu istirahat
biasanya hanya waktu shalat, waktu berbuka puasa dan setelah jam dua belas
malam. Kitab yang telah ditentukan dibaca dan diterjemahkan oleh seorang kyai
secara cepat, sedangkan santri menyimak untuk memberikan catatan pada
bagian-bagian tertentu saja atau mencatat penjelasan-penjelasan singkat yang
biasanya memang diberikan.
Setelah pembacaan selesai (khatam),
para santri kembali kepesantrennya semula. Pengajian berakhir biasanya beberapa
hari menjelang idul fitri.
3.
Evaluasi
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
metode pengjian pasaran merupakan kegiatan kegiatan pengajian yang hamper sulit
dievaluasi. Tanda keberhasilannya yang paling dapat diukur adalah apabila
pengajian itu dapat diselesaikan atau kitab dapat dibacahingga selesai
(khatam). Kebanggaan santri adalah jika ia selama dalam bulan Ramadhan itu
berhasil merampungkan kegiatan pengajiaan pasarannya dengan beberapa buah kitab
yang tebal.
3.
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
A.
Pengertian
Sistem dapat diartikan sebagai satu
perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian di mana, satu sama
lain saling berhubungan dan saling keterkaitan. Dengan demikian pengertian
sistem pendekatan dalam pembelajaran di pesantren adalah cara-cara pendekatan
yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran kitab-kitab kuning di suatu pesantren agar tujuan yang ditetapkan dapat
dicapai secara optimal.
B.
Prinsip-prinsip umum dalam pembelajaran.
Bertitik tolak dari sistem
pendekatan di atas, maka dalam kegiatan pembelajaran disuatu pesantren
prinsip-prinsip umum belajar dan motivasi yang perlu diterapkan pada umumnya
meliputi:
1.
Prinsip kebermknaan
Prinsip ini memiliki arti bahwa para
santri akan mempelajari sesuatu hal apapun adalah jika sesuatu itu bermanfaat
atau bermakna bagi kehidupannya baik untuk masa kini maupun untuk masa
mendatang, baik bagi kepentingan hidupnya sendiri maupun kepentingan
masyarakatnya. Dengan kata lain salah satu faktor yang mendorong atau
memotivasi santri untuk belajar adalah adanya manfaat praktis dari sesuatu yang
dipelajarinya itu dalam kehidupan. Oleh karena itu biasanya seorang kyai dalam
mengajarkan suatu materi pelajaran kepada para santrinya melakukan:
a)
Menghubungkan pelajaran yang ia berikan dengan minat dan
nilai-nilai santri.
b)
Menghubungkan pelajaran dengan kehidupan masa depan santri.
2.
Prinsip Prasyarat.
Pada prinsip ini seorang santri akan
tergerak untuk mempelajari sesuatu hal yang baru apabila ia telah memiliki
semua prasyarat yang diperlukan untuk mempelajarinya. Jika santri telah
memilikinya, maka ia akan merasa bahwa pelajarannya itu akan bermakna. Ia akan
mampu menerima hubungann pengetahuan yang lebih dan lainnya. Hal ini dapat
dimengerti karena para kyai di pesantren tidak hanya berfungsi sebagai pengajar
tetapi juga berfungsi sebagai orang tua bagi para santri yang senantiasa
memberikan bimbingan-bimbingannya dalam suasana kekeluargaan. Sehingga dalam
struktur sosialnya pesantren lebih mencerminkan sebagai kesatuan keluarga dalam
jumlah besar diaman santri yang masih muda usianya (junior) memperlakukan dan
menganggap sebagai kakanya terhadap santri yang lebih tua usianya. Demikian
pula sebaliknya.
3.
Prinsip
Prinsip ini menutut agar pendidik
mendorong para santrinya agar lebih banyak lagi mempelajari sesuatu dengan cara
penyajian yang disusun sedemikian rupa sehingga pesan-pesan pendidik terbuka
bagi santri. Untuk itu para pendidik biasanya melakukan langkah-langkah berikut
ini:
a)
Mejelasakan kepada para santri tentang tujuan-tujuan pembelajaran
yang jelas sehingga segala sesuatu yang diharapkan oleh kyai dapat dimengerti
oleh para santrinya.
b)
Menunjukkan hubungan-hubungan sebab akibat, mengapa hal-hal
tersebut baru dipelajari.
c)
Menghindari segala penjelasan yang dapat mengurangi minat belajar
para santri.
d)
Merangsang kemampuan sensoris para santri dengan bantuan alat-alat
peraga yang relevan dengan materi pelajaran.
e)
Mempberikan kesempatan kepada para santri untuk menanyakan hal-hal
yang belum dimengerti atau belum jelas.
4.
Prinsip kebaruan
Para santri biasanya akan lebih
tertarik untuk mempelajari sesuatu hal apabila hal itu adalah sesuatu yang baru
yang belum diketahuinya.
5.
Prinsip Keterlibatan
Prinsip ini menjelasakan bahwa para santri dapat belajar lebih giat
dan aktif bilamana mereka terlibat secara aktif dalam berbagai kegaiatan
pembelajaran di pesantren. Keterlibatan para santri secara aktif ini biasanya
dilakukan pada waktu kegiatan praktek ibadah
6.
Prinsip Kebersamaan
Dalam dunia pesantren dikarenakan
kehidupan para santri senantiasa berada dalam kehidupan sosial yang intens,maka
dalam kegiatan belajarpun mereka akan melakukannya bersama-sama. Misalnya
sewaktu ditugaskan untuk menghafalkan teks-teks tertentu, mereka akan
melakukannya sacara bersama-sama didalam bilik masing-masing, demikian juga
ketika muthala’ah (menelaah materi yang sudah atau akan dipelajarinya)suatu
kitab, mereka akan melakukannya secara berjamaah(berdiskusi).
C.
Komunikasi Interaktif kyai dan Santri
Salah satu kelebihan sistem
pendidikan pesantren dabandingkan sistem pendidikan lain adalah adanya hubungan
yang akrab dan bersifat khusus hunanis antara kyai atau ustadz dengan orang tua
atau keluarga santri atau dengan para santri itu sendiri. Seorang calon santri
datang kepesantren umumnya diantarkan oleh kedua orang tua atau
keluarganya,kemudaian dititipkan atau dipasrahkan secara langsung kepada kyai
atau ustadz untuk dididik dipesantren. Hubungan semacam itu tidak hanya krtika
penyerahan,melainkan dalam banyak peristiwa pendidikan dipesantre.
BAB 1V PROSES PENYAJIAN MATERI
A.Langkah pelaksanaan
Langkah pelaksanaan yang terdiri empat tahap biasanya di lakukan
oleh seorang kyai dan ustadz dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Tahap-tahap
tersebut islah:
1.
Tahapn awal
Seoranga kyai sebelum melakukan kegiatan kepada santri, biasanya ia
melakukan persiapan khusus yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)
Menelaah (mutahala’ah) materi dari kitab kuning tertentu yang akan
di ajarkan pada santri pada pertemuan mendatang.
b)
Menelaah kitab-kitab lain yang memiliki relevansi dengan persoalan
yang serupa dengan materi yang akan di sajikan.
c)
Membuat catatan-catatan khusus tentang hal-hal yang di anggap
penting dari penelaahaan terhadap kitab-kitab lain itu.
d)
Merancang dan mempersiapkan alat bantu (alat peraga) yang di
butuhkan untuk mrngajarkan materi tersebut.
B.
Langkah pelaksanaan
Persiapan umum di maksudkan sebagai hal-hal yang di persiapkan oleh
kyai/ustadz sebelum di lakukannya kegiatan pengajian untuk para santri.ada
beberapa hal sebelum kegiatan pembelajaran terhadap suatu kitab tertentu di
mulai, yaitu:
1.
Penyusunan kurikulum tertentu(terkadang dalam bentuh hidden
kurikulum) yang yang berisi perjenjangan kitab-kitab kepada kitab-kitab untuk
tingkat pemula, tingkat menengan dan tingkat tinggi.
2.
Penentuan waktu yang tepat untuk kegiatan pembelajaran terhadap
suatu kitab tertentu.
3.
Pemilihan tempat untuk di langsungkannya kegiatan pembelajaran.
4.
Pemilihan metode pembelajaran di sesuaikan dengan tingkat kemampuan
para santrinya.
5.
Penyediaan alat-alat bantu pengajaran/alat peraga yang berhubungan
dengan maetri pembelajaran.
salam kang
BalasHapusSALAM KEMBALI
Hapusmaaf mas, mw tanya lw boleh tw dpet drmna buku ni? cz kok sulit cari buku ini dmna2...
BalasHapus