Oleh : Aceng Qodir Khoerul Afandi[1]
Indonesia merupakan Negara yang berkembang, merupakan negara yang kaya akan sumber daya
alam, namun sumber daya manusia di Indonesia patut di pertanyakan oleh kita, karna saat kita melihat seorang pelajar masa ini, yang merupakan pelajar yang
tak pernah ada perasaan tentang dirinya yang menyandang status sebagai pelajar,
tidak sedikit para pelajar yang terlibat kriminalitas. Entah siapa yang
salah....!. Padahal pihak sekolah
memberikan pengajaran yang positif, para pelajar tidak pernah di ajarkan untuk
berbuat kriminal, contohnya tawuran antara pelajar, sebenarnya problem ini
harus di pikirkan oleh para orang tua yang ada di sekolah maupun orang tua yang
ada di rumah, bukan acuh saja dengan keadaan yang bisa meruksak mutu pendidikan
di negri tercinta ini.
Pergaulan yang begitu menjadi-jadi dikalangan masyarakat, khususnya
dikalangan pelajar kita, yang sudah tidak bermoral sebagai pelajar lagi,
seharusnya pelajar itu harus bisa menjadi tauladan bagi masyarakat, bukan jadi
sampah masyarakat, sebenarnya mereka pergi ke sekolah bukan hanya untuk bisa
main main, tetapi mereka mempunyai tugas yang cukup berat yaitu untuk belajar. Belajar
merubah daya pikir bukan merubah gaya hidup. Tapi Rata-rata para pelajar kita
pergi ke sekolah bukan ingin merubah daya berfikir tetapi mereka ingin
menunjukkan gaya hidup mereka, padahal belajar itu pada hakikatnya adalah
kegiatan yang berperoses dan merupakan unsur yang fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses
belajar yang dialami oleh pelajar atau siswa, baik ketika pelajar itu ada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri2.
Sehubungan dengan hal yang diatas, itu merupakan salah satu teori
yang di namakan dengan teori belajar sosial, yang dimana teori ini mempelajari
sosial dan moral, Menurut Barlow (1985), sebagian besar upaya belajar manusia
terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (Modeling).
Dalam hal ini seorang pelajar mengubah prilakunya sendiri melalui
penyaksian cara atau sekelompok orang mereaksi atau merespons sebuah stimulus
tertentu. Pelajar ini juga dapat mempelajari respon-respon baru dengan cara
pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya dari guru sebagai
fasilitator bagi seorang pelajar.
Jika demikian para pelajar harus bisa merubah daya fikir mereka
yang terbawa oleh arus budaya yang seharusnya tidak di ikuti oleh kalangan
pelajar kita, dalam dunia pendidikan yang memberikan kontribusi terhadap bangsa
kita jangan sampai tercoreng oleh para pelajar yang tidak pernah mempunyai
ruhul jihad untuk merubah dirinya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, tentunya
semua itu perlu dukungan dari beberapa pihak, diantaranya, lingkungan keluarga,
lingkungan masyrakat. Kalau saja pihak kedua itu bisa mendukung atas segala apa
yang telah di sampaikan oleh pihak sekolah atau satuan pendidikan, pasti para
pelajar yang bemoral mereka akan
mempunyai kepribadian tersendiri, dan mampu untuk bersaing dengan para pelajar di Negara-negara
yang cukup maju.
Setidaknya seorang pelajar mempunyai peran yang paling penting di
masyarakat dan menjadi aset yang penting bagi Negara, karena
berhasilnya seorang pelajar itu menjadi sebuah kebanggaan bagi Negara, tidak
sedikit pelajar kita yang berprestasi dalam bidang teknologi, namun di samping
itu ada yang harus di perbaiki tentang moral. Kualitas kemampuan seorang
pelajar dalam melakukan prilaku sosial dalam lingkungan yang ia hadapi seperti
masyarakat. Dalam pendidikan baik yang berlangsung secara formal di sekolah
maupun yang berlangsung secara informal di lingkungan keluarga memiliki peran
yang cukup penting dalam mengembangkan psikosial pelajar. Perkembangan
psikosial pelajar, atau kita sebut saja perkembangan sosial pelajar adalah
proses perkembangan kepribadian pelajar selaku seorang anggota masyarakat dalam
behubungan dengan orang lain. Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi
hingga akhir hayatnya. Perkembangan sosial menurut Bruno (1987), merupakan
proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi
dalam keluarga, budaya, bangsa dan seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar